Drs Don Bosco M Wangge Msi
Memimpin bagi Don Bosco M Wange (47) pria kelahiran Lela Sikka adalah amanah, sekaligus tantangan. Amanah karena jabatan yang diembannya sebagai Bupati Kabupaten Ende merupakan tanggungjawab yang besar yang kini telah berada di pundaknya, sedangkan tantangan karena sejak muda Don Bosco, demikian ia akrab dipanggil memimpikan suatu saat tanah kelahirannya, Ende, bukan lagi menjadi kabupaten miskin di Nusantara, tetapi sebuah wilayah kabupaten yang masyarakatnya hidup layak serta sejahtera lahir dan batin. Ende akan menjadi gudang pangan bagi wilayah di sekitarnya.
Suami dari Felisitas Masdiana B. Wangge ini merupakan ayah yang membanggakan bagi kedua anaknya, Maria Gladiana P. Wangge, dan Anastasia Dwi Yoga P. Wangge. Usai lulus di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Kupang, Don Bosco menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengabdikan diri sebagai abdi negara. Mula-mula ia menjadi camat, kemudian memperoleh tanggungjawab yang besar di berbagai dinas dan instansi di Ende.
Keteladanan
Karirnya yang berpindah-pindah dan berganti dinas/instasi, dari urusan sosial, pendidikan, hingga urusan invetasi menjadikan Don Bosco memiliki pengalaman dan wawasan yang luas tentang pengelolaan birokrasi dan kemasyarakatan.
Maka ketika ia memperoleh amanah menjabat sebagai Bupati Ende, ia tinggal merangkai kekuatan-kekuatan baru, semangat baru, dan cara pandang baru untuk memajukan Ende. Potensi, kekuatan, kemampuan dan dukungan yang dimiliki oleh masyarakat dan pemerintah ia petakan secara detail, sehingga perjalanan ke arah perubahan itu semakin terlihat lebih gambalng dan mudah dijalankan.
Menurut Don Bosco, rakyat dan masyarakat perlu contoh dan keteladanan. Contoh dan keteladanan bagi setiap pimpinan menjadi sangat penting karena masyarakat perlu panduan untuk menggapai keinginan dan cita-citanya dari pimpinannya.Dalam memimpin Don Bosco selalu mengedepankan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Tanpa dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, maka tujuan pembangunan yang setinggi langit tidak akan tercapai.
“Kami selalu memikirkan bagaimana mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat juga dengan melibatkan masyarakat. Karena itu kami selalu melibatkan stakeholder, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, mimbar gereja, masjid dan semua saluran yang dapat digunakan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik,” ujarnya.
Semua peran, semua pihak, dan secara bersama-sama memiliki tujuan yang sama untuk mensejahterakan Ende, lanjut Don Bosco akan memiliki sinergi dan dampak yang dahsyat bagi kemajuan Ende.
“Semua potensi harus diberdayakan untuk menjadikan Ende kabupaten yang diperhitungkan, bukan saja di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, tetapi di Indonesia,” cetusnya.
Tantangan
Tantangan Don Bosco di tahun kedua kepemimpinannya sebagai Bupati di Kabupaten Ende untuk mengentaskan kemiskinan semakin menguatkan hatinya untuk mengajak seluruh elemen masyarakat Ende mencapai cita-cita yang diharapkan. Ia juga tak kenal lelah melobi para investor untuk menanamkan modalnya di Ende, bersama-sama rakyat Ende mengembangkan potensi yang ada, seperti mengembangkan komoditas kopi, coklat, kopra, dan produk lainnya.
Selain potensi yang besar di produk-produk bidang pertanian, perkebunan dan perikanan, ende telah menyiapkan infrastruktur yang memadai seperti jalan raya, listrik, kemudahan dalam perizinan, sumberdaya manusia, pelabuhan, lapangan terbang, unit -unit transportasi serta dukungan lainnya, memungkinkan Ende menjadi daerah tujuan investasi yang sangat prospektif.